*Sidoarjo* – Perwakilan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (The Department of Foreign Affairs and Trade/ DFAT) melakukan kunjungan ke BPBD Jatim, Selasa 2 Februari 2022.
Simon Ernst selaku Counsellor dari Kedubes Australia di Jakarta, ingin melihat langsung program kerja sama bilateral yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Indonesia dalam mencegah, mempersiapkan, menangani dan pulih dari bencana.
Selain itu, juga untuk memperkuat kerja sama antara Australia dan Indonesia di bidang kemanusiaan di Kawasan Indo Pasifik. Program tersebut bernama Siap Siapa, yakni kemitraan Australia-Indonesia untuk kesiapsiagaan bencana.
Dalam pertemun tersebut juga mengundang bebera organisasi perwakilan relawan. Salah satunya adalah Sekber Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) Jatim. Pertemuan diikuti oleh 25 orang dari beberapa unsur. Selain BPBD Jatim, juga ada Satpol PP, FKBI, FPRB, dan Siap Siaga.
“Dalam pertemuan itu terjadi diskusi singkat dan berbagi program yang telah pernah dikerjasamakan. Juga usulan dan permohonan dukungan terkait peningkatan program BPBD untuk internal dan masyarakat,” ungkap Koordinator Bidang Kemitraan Aslichatul Insiyah yang hadir mewakili SRPB Jatim.
Setelah melakukan diskusi, rombongan melanjutkan peninjauan ke Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BPBD Jatim. Rombongan juga dipertontonkan sekilas mengenai Mobil Edukasi Penanggulangan Bencana (Mosipena), dan Tenda Pendidikan Bencana (Tenpina).
Program Siap Siaga dilaksanakan selama lima tahun (2019-2024) di tingkat nasional maupun sub-nasional di empat provinsi. Adapun empat provinsi sasaran Program Siap Siaga adalah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Di Jawa Timur, program Siap Siaga telah dilaksanakan sejak tahun 2020. Program ini bekerja sama dengan lembaga pemerintah dan non-pemerintah melalui berbagai inisiatif. Program ini bertujuan untuk memperkuat sistem pengurangan risiko bencana baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Khususnya di Pacitan, Banyuwangi, Pasuruan, dan Sampang.
Diharapkan pertemuan ini dapat meningkatkan sinergi dan kolaborasi antara Australia dan Indonesia, dalam memperkuat sistem dan kapasitas pengelolaan risiko bencana di Indonesia, khususnya di Jawa Timur.(*)