Kendati harga cabai rawit kini sedang melambung tinggi, namun untung besar tak bisa dirasakan petani. Hal itu lantaran kerusakan dan serangan hama pada tanaman cabai di musim penghujan juga cukup tinggi. Bahkan, turunnya hasil panen ini hingga dua kali lipat.
Ridwan (70) salah satu petani mengungkapkan, sejumlah sawah yang ditanami cabai di Dusun Segunung, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Jombang ini, banyak yang tidak sehat. Seperti batang pohonnya, terlihat berkerut dan mulai mengering, helaian daunnya juga tak bisa lebar dan berwarna putih.
"Disini banyak yang kena hama sehingga tidak bisa produksi maksimal lagi. Kebanyakan kena hama lengger juga petek," kata Ridwan, saat berada di sawah, Senin (1/3) sore.
Lebih lanjut Ridwan menjelaskan, akibat cuaca buruk dengan curah hujan cukup tinggi, sehingga memicu penyakit pada batang tanaman cabai mengering dan mati terkena hama lengger. Selain itu ada juga hama petek, hama ini menyerang buah cabai dipohon yang masih sehat bisa cepat membusuk dan berwarna kecoklatan.
"Hama lengger ini menyerang tanamannya hingga mati perlahan. Kalau hama petek, menyerang buah cabainya hingga busuk diranting terus rontok, dan itu sudah tidak bisa dipanen," terang Ridwan.
Padahal, menurutnya upaya pemberian obat sudah dilakukannya dengan maksimal setiap minggunya. Kendati demikian, kondisi hama tak kunjung berkurang dan agar tidak menular ke tanaman yang lain, dirinya harus memetik cabai yang busuk untuk dibuang.
"Kita obati seminggu sudah dua kali ini, tapi ya tidak bisa pulih. Dan kalau buah yang busuk dibiarkan, pasti akan menular ke tanaman lain," ujarnya.
Kondisi seperti ini, membuatnya terpaksa harus mengalami panen yang menurun drastis. Dari sawah seluas 300 bata (4.200 m2) ini, setiap minggunya ia paling besar hanya bisa memanen seberat satu kwintal cabai. Padahal, naiknya harga cabai ini sangat ditunggu para petani cabai.
"Kalau cuacanya bagus, sekali panen bisa sampai 2-3 kwintal setiap minggunya, tapi ya mau bagaimana lagi. Untuk harganya sekarang masih lumayan, bisa Rp 70 ribu perkilogramnya dibeli pengepul dari sawah, tapi karena panennya tidak maksimal, hasilnya juga sama saja," pungkas Ridwan. (Jang)