Melonjaknya harga cabai rawit dipasaran hingga tembus harga Rp 120 ribu perkilogram, membuat petani cabai yang berada di Dusun Segunung, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Jombang, harus setiap malam menjaga tanaman miliknya.
Ridwan (70) salah satu petani menjelaskan, hal itu dilakukan untuk mengantisipasi pencurian cabai rawit ditempatnya. Kendati belum pernah terjadi, namun Ia tetap menjaga tanaman cabai yang ditanam dilahan seluas 300 bata (4.200 M2) miliknya itu.
"Disini belum pernah terjadi aksi pencurian cabai, kita hanya jaga-jaga saja," kata Ridwan (70) saat berada di sawah miliknya, Selasa (8/3) malam.
Lebih lanjut Ridwan menjelaskan, walaupun belum pernah terjadi aksi pencurian, namun para petani khawatir kalau cabai rawit yang ditanamnya akan hilang dicuri, sehingga harus melakukan penjagaan pada malam hari.
"Hampir setiap malam saya jaga disini, biar tidak ada yang mencuri, karena sekarang harga cabai rawit terus naik. Sebelumnya harga cabai dibeli oleh pengepul Rp 30-40 ribu, Perkilogram. Sekarang dibeli harga Rp 80-85 ribu perkilogram," imbuhnya.
Tingginya harga cabai rawit itulah, yang membuat para petani terpaksa harus menjaga tanamannya setiap malam dan tidur didalam gubuk berukuran 2x3 meter, yang dibangun ditengah sawah.
"Saya mulai jaga setiap malam, sejak cabai ada buahnya. Disini ada tiga orang yang ikut berjaga, tapi kalau sebelah utara banyak yang jaga digubuk-gubuk," ucap Ridwan.
Untuk berjaga di gubuk tengah sawah pada malam hari itu, Ridwan mempersiapkan bekal dari rumahnya. Seperti senter, sarung, jaket agar tidak kedinginan. "Saya juga bawa tabung gas elpiji serta kompornya untuk masak air. Ya, buat bikin teh atau kopi biar tidak kedinginan," pungkas Ridwan. (jang)