Terkait video yang sempat viral di media sosial (medsos) Facebook, lantaran kesal karena gagal panen berhasil ditemui di lahan persawahan Dusun Rejoso, Desa Rejosopinggir, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Sabtu (31/10) pagi.
Petani blewah tersebut yakni Heri Subeki (30) warga setempat. Terkait video dirinya yang viral itu, Heri menceritakan, bahwa dirinya merasa kesal karena tiga hari lagi akan panen. Namun, sebelum panen pada malam hari nya turun hujan deras selama berjam-jam.
Setelah itu, ia melihat tanaman buah blewah miliknya ke sawah. Dirinya pun sangat terpukul, karena tanaman buah yang akan dipanennya itu banyak yang busuk dan sudah tidak bisa dijual. Sehingga, Heri meluapkan emosinya di sawah dengan membanting dan menginjak-injak buah blewahnya yang busuk serta dibuat cuci muka.
"Video itu sebenarnya saya rekam hanya untuk meluapkan kekesalan saya sama teman-teman satu desa yang sama-sama menanam blewah, di Whatsapp pribadi. Berhubung ada salah satu yang upload di facebook saya kaget," katanya kepada sejumlah jurnalis, saat berada dilokasi lahan sawah.
Selain itu, Heri juga menjelaskan, jika tanaman blewah yang ditanam di sawah yang disewanya mengalami kerugian cukup besar, tergantung dari luas sawah. Bahkan, sebelumnya petani ditempatnya sempat kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.
"Jelas rugi mas, ada yang rugi Rp 2,5 juta, Rp 3 juta, bahkan ada yang Rp 10 juta, tergantung lebar sawah. Itu belum termasuk modal pupuk, obat-obatan, tenaga kuli, makan serta rokok dan yang kedua pupuk susah, kan sekarang dijatah. Kalau hujan itu alam, frustasi lah mas, pokonya kesal," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Rejosopinggir, Yoyok Suprianto menerangkan, bahwa soal video petani yang viral sebetulnya tidak ada apa-apa. Hanya saja musim hujan ini membuat petani agak shock karena gagal panen.
"Mungkin karena shock akibat gagal panen. Disini, kurang lebih ada sekitar 100 hektar sawah petani yang ditanami blewah 80-90 persennya gagal panen," terangnya.
Lebih lanjut Yoyok menjelaskan, jika buah blewah yang bisa diambil untuk dibawa pulang hanya sedikit sekali. Sementara untuk biaya pupuk, sewa lahan dan lainnya, pihaknya tidak ada penanganan khusus karena petani berusaha untuk mandiri.
"Untuk kerugian diperkirakan sekitar ratusan juta lah, kalau kita hitung. Kita juga ada kendala, selain cuaca hujan yakni pupuk yang sulit dan hama tikus. Sehingga disini ada tim pemburu tikus," pungkas Yoyok Suprianto. (Jang)